Foto: Ilustrasi teknologi AI.

Jakarta

Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) terus melaju pesat di Indonesia, tetapi ada kekhawatiran bahwa kemajuan teknologi ini dapat melupakan akar budaya dan moral bangsa. Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, menegaskan pentingnya nilai-nilai kebangsaan sebagai fondasi moral dalam pengembangan AI.

Dalam diskusi virtual bertajuk “Masa Depan Teknologi AI di Indonesia” yang diselenggarakan oleh Forum Diskusi Denpasar 12, Lestari mengingatkan bahwa tantangan besar AI di Indonesia harus segera diantisipasi.

Menurut Lestari, atau yang akrab disapa Rerie, AI telah memengaruhi berbagai aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan hingga cara berkomunikasi. Namun, ia menegaskan, teknologi ini tak boleh mengikis pemahaman kita akan nilai-nilai budaya dan kebangsaan. Oleh karena itu, SDM yang mampu memahami dan mengoperasikan AI dengan bijak harus dipersiapkan dengan matang.

Dalam diskusi tersebut, Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Hokky Situngkir, mengungkapkan bahwa sepertiga penduduk Indonesia kini hidup di depan gawai setiap hari. Indonesia juga masuk dalam jajaran pengguna terbesar aplikasi WhatsApp dan YouTube di dunia. Hokky menekankan, negara ini adalah “pasar raksasa digital”, dan tantangan ke depan adalah apakah Indonesia hanya menjadi pasar, atau juga pelaku dalam pengembangan teknologi AI.

Sementara itu, Marsudi Wahyu Kisworo dari BRIN mengungkapkan bahwa masa depan tidak bisa dipisahkan dari AI. Meski banyak profesi akan hilang, akan muncul profesi-profesi baru yang terkait dengan teknologi ini. Bahkan, pada 2050 diperkirakan dunia akan memasuki era super AI yang kecerdasannya bisa melebihi manusia.

Namun, semua narasumber sepakat bahwa AI harus diimbangi dengan faktor moral. Anggota DPR RI, Kresna Dewanata Phrosakh, menegaskan pentingnya perlindungan hukum bagi warga negara terkait dampak teknologi, sementara Psikolog Klinis Ratih Ibrahim menekankan bahwa AI adalah alat ciptaan manusia yang pemanfaatannya bergantung pada siapa yang mengendalikannya.

Dalam menghadapi masa depan teknologi, manusia harus tetap menjadi pusat, dan teknologi tidak boleh mengendalikan kita. Kesadaran dan keseimbangan dalam pemanfaatan AI adalah kunci untuk menjaga agar kemajuan teknologi tetap bermoral dan memuliakan nilai-nilai kemanusiaan.

Bagikan Artikel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *