Foto: Ilustrasi Bali dijajah wisatawan.

Denpasar

Bali, pulau surga yang dikenal dengan keindahan alam dan budayanya, kini tengah menghadapi ancaman baru: aksi meresahkan dari wisatawan asing. Fenomena ini semakin mencuat dengan berbagai insiden yang melibatkan turis mancanegara, termasuk tindakan kriminal dan kejahatan yang mengejutkan warga lokal.

Baru-baru ini, publik digemparkan dengan penemuan pabrik narkoba di sebuah bunker vila di Canggu. Pemilik sekaligus peraciknya adalah saudara kembar asal Ukraina. Kejadian ini tidak hanya mencoreng citra pariwisata Bali, tapi juga meningkatkan kekhawatiran akan keamanan di pulau ini.

Belum reda kasus tersebut, media sosial kembali dihebohkan dengan munculnya gambar peta yang menampilkan nama “New Moscow” di daerah Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. Peta ini memicu kontroversi besar, mempertanyakan bagaimana bisa ada nama asing disematkan di kawasan lokal. Banyak yang merasa ini adalah simbolisasi dari ‘penjajahan’ wisatawan asing yang semakin mencolok di Bali.

Menurut I Gusti Ngurah Bagus Eka Subagiartha, yang akrab disapa Gus Eka, seorang praktisi pariwisata sekaligus Wakil Ketua Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DPW Partai NasDem Bali, akar permasalahan ini terletak pada pengelolaan pariwisata yang kurang ketat dan kontrol yang lemah terhadap aktivitas wisatawan asing. “Kita perlu lebih tegas dalam penegakan aturan dan regulasi, khususnya yang berkaitan dengan investasi dan aktivitas wisatawan asing,” tegasnya.

Gus Eka menyarankan beberapa langkah solusi untuk mengatasi masalah ini. Pertama, meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh wisatawan asing. Kedua, melakukan edukasi kepada masyarakat lokal tentang pentingnya melaporkan aktivitas mencurigakan. Ketiga, memperketat aturan mengenai kepemilikan properti oleh warga asing untuk mencegah praktik ilegal dan eksploitatif.

“Bali adalah rumah kita. Kita harus menjaga dan melindunginya dengan segala cara. Pariwisata harus memberi manfaat, bukan menjadi ancaman,” ujar Gus Eka dengan penuh semangat.

Semoga dengan langkah-langkah tersebut, Bali bisa kembali menjadi destinasi yang aman dan nyaman, tidak hanya bagi wisatawan, tetapi juga bagi warganya sendiri. Pulau Dewata harus tetap menjadi simbol keindahan dan kedamaian, bukan ‘dijajah’ oleh mereka yang datang tanpa menghargai aturan dan budaya lokal.

Bagikan Artikel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *