Foto: Ilustrasi nasionalisme di generasi muda.
Jakarta
Tumbuhkan semangat di kalangan generasi muda agar mampu berkontribusi bagi bangsa dengan membangun perspektif kepemimpinan global, sekaligus sarat pemahaman atas nilai-nilai kebangsaan.
“Jangan pernah meremehkan kesempatan apa pun yang datang pada kalian untuk membangun jejaring hingga skala dunia,” kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, saat menjadi pembicara dalam public lecturer bertema Media & Our Generation Contribution for Nations with Global Leadership Perspective yang diselenggarakan Institut Komunikasi dan Bisnis, London School of Public Relations, Jumat (31/5/2024).
Hadir pada acara tersebut antara lain Andre Ikhsano (Rektor Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR), Mikhael Yulius Cobis (Dekan Fakultas Komunikasi, LSPR), Sri Ulya Suskarwati (Kepala Program Studi llmu Komunikasi, LSPR), Siti Hilya Nabila (Founder of Shantanu) dan para pengajar serta mahasiswa di LSPR.
Menurut Lestari, generasi penerus bangsa harus memiliki kemampuan memanage kehidupan, membangun koneksi dengan dunia, beradaptasi dan menciptakan sesuatu untuk terus bertumbuh.
Rerie, sapaan akrab Lestari, mengungkapkan generasi muda saat ini hidup dengan tiga tuntutan utama yakni menguasai teknologi, memiliki kepekaan sosial dan mempertahankan jejaring keterhubungan.
Saat ini, tegas Rerie yang juga legislator dari Dapil Jawa Tengah II itu, berkembang konstruksi model kepemimpinan global, yaitu profil pemimpin baru yang selalu berinteraksi dengan teknologi.
Perspektif kepemimpinan global, ungkap dia, memiliki beberapa karakter penting yakni kesadaran global, penghargaan terhadap keragaman budaya, kolaborasi internasional, fleksibilitas dan adaptabilitas, serta inovatif dan visi jangka panjang.
Dalam implementasi kapabilitas tersebut, tegas Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, para pemimpin harus mampu menyikapi ragam perubahan dunia termasuk menggunakan media sebagai alat pemberdayaan.
Pada dasarnya, tegas Rerie, media memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan opini publik, penyebaran informasi, dan edukasi masyarakat.
Seorang pemimpin, tegas Rerie, harus mampu bersikap qualified yaitu tahu yang dia tahu, tahu yang dia tidak tahu, dan tidak sok tahu bila tidak tahu.
Sebagai para calon pemimpin masa depan, ujar Rerie, generasi muda perlu pemahaman terhadap nilai-nilai kebangsaan untuk membangun nasionalisme yang kuat.