Foto: Ilustrasi Mitigasi Bencana
Jakarta
Indonesia yang dikelilingi oleh cincin api Pasifik dan rentan terhadap bencana alam, membutuhkan edukasi kebencanaan yang terintegrasi sejak dini sebagai bagian penting dari pendidikan masyarakat. Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, menegaskan bahwa kesadaran terhadap potensi bencana harus dibangun secara konsisten melalui pendidikan kebencanaan yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat.
“Kepedulian terhadap potensi bencana di sekitar kita harus terus ditanamkan melalui edukasi kebencanaan yang dimulai sejak dini,” ujar Lestari dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (27/12).
Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat tren bencana yang signifikan. Pada 2021, terjadi 4.042 bencana, disusul 3.544 pada 2022, meningkat menjadi 5.400 pada 2023, dan hingga September 2024 tercatat 1.300 kejadian. Angka tersebut menunjukkan rata-rata 10 bencana setiap hari, menjadikan mitigasi dan edukasi kebencanaan sebagai kebutuhan mendesak.

Lestari, yang akrab disapa Rerie, menyoroti pentingnya belajar dari tragedi besar yang pernah melanda Indonesia, seperti gempa bumi dan tsunami Aceh pada 2004 serta gempa dan likuifaksi di Palu, Sulawesi Tengah, pada 2018. Menurutnya, pengalaman ini harus menjadi panduan dalam membangun langkah mitigasi di masa depan.
“Langkah-langkah mitigasi bencana harus menjadi prioritas para pemangku kepentingan di tingkat pusat maupun daerah,” ujar Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil Jawa Tengah II (Kudus, Demak, Jepara).
Ia menekankan bahwa informasi terkait antisipasi bencana harus terus disosialisasikan secara masif agar masyarakat lebih siap menghadapi berbagai potensi risiko.
Sebagai anggota Majelis Tinggi Partai NasDem, Rerie mendorong seluruh pihak untuk meningkatkan kepedulian terhadap upaya antisipasi dan pencegahan bencana. Menurutnya, kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat umum sangat penting untuk menciptakan budaya sadar bencana.
“Edukasi kebencanaan harus menjadi agenda bersama agar masyarakat dapat hidup dengan lebih aman meski berada di lingkungan yang rawan bencana,” tambahnya.
Rerie berharap upaya peningkatan kesadaran ini tidak hanya membantu masyarakat dalam menghadapi bencana, tetapi juga mendukung tercapainya kehidupan yang lebih harmonis dan berkelanjutan di tengah tantangan alam.
“Dengan kolaborasi yang kuat dan pendidikan yang tepat, kita dapat mewujudkan masyarakat yang tangguh menghadapi bencana, sekaligus mencapai cita-cita bersama sebagai bangsa,” pungkasnya.