Foto: Wakil Ketua Bidang Pertanian, Peternakan & Kemandirian Desa DPW Partai NasDem Provinsi Bali, Tjok Istri Ngurah Roosany,yang akrab disapa Tjok Rosa (kiri) saat bersama petani.
Gubernur Bali Wayan Koster menyiapkan konsep Ekonomi Kerthi Bali di mana akan terjadi keterhubungan langsung sektor-sektor unggulan untuk menyeimbangkan struktur ekonomi Bali ke depan sehingga tidak hanya sangat tergantung pada sektor pariwisata.
Dalam konsep Ekonomi Kerthi Bali, sektor pertanian ditempatkan menjadi salah satu sektor unggulan yang akan terus didorong dan dikembangkan sementara pariwisata dicanangkan hanya sebagai bonusnya. Rencana Gubernur Koster ini menjadi kabar baik dan angin segar bagi petani dan diharapkan pemerintah benar-benar serius membangun pertanian Bali dan membantu mensejahterakan petani di Pulau Dewata.
“Saya harap pemerintah lebih perhatian kepada sektor pertanian, pemerintah harus serius membantu dan mendampingi petani,” kata Wakil Ketua Bidang Pertanian, Peternakan & Kemandirian Desa DPW Partai NasDem Provinsi Bali, Tjok Istri Ngurah Roosany, Kamis (21/10/2021).
Menurut politisi perempuan NasDem yang akrab disapa Tjok Rosa ini, upaya untuk kembali serius menggarap sektor pertanian seharusnya sudah dilakukan sejak pariwisata Bali sempat mengalami guncangan ketika Bom Bali 1 dan Bom Bali 2 serta juga saat erupsi Gunung Agung 2017 silam. Jadi bukan baru karena ada pandemi Covid-19 seperti sekarang ini yang menyebabkan sektor pariwisata Bali hampir mati suri
“Sejak Bom Bali 1 dan Bom Bali 2, kita sudah suarakan pertanian Bali harus dibangun serius. Jangan pariwisata berbasis pertanian tapi pertanian berbasis pariwisata atau paling tidak 50:50 lah. Dan sekarang ada momentum pandemi Covid-19 yang seperti menyadarkan kita bahwa pariwisata itu sangat rapuh dan pertanian yang malah kuat dan bertahan. Jadi pemerintah harus lebih konsern ke pertanian,” ujar Tjok Rosa yang sudah lama bergelut di sektor pertanian.
Pengusaha pertanian yang aktif membina dan mendampingi petani di berbagai daerah di Bali ini juga menekankan pentingnya pemerintah akan memberikan pembinaan dan pendampingan yang berkelanjutan kepada para petani. “Selama ini saya turun ke lapangan dan menemukan fakta banyak petani tidak tersentuh pembinaan dan pendampingan dari pemerintah. Banyak petani yang masih punya lahan kosong, tidak tahu mau ngapain,” ujar perempuan lulusan S-1 Manajemen Undiknas dan S-2 Agribisnis Universitas Udayana ini.
“Jadi pemerintah harus berikan bantuan pendampingan dan pembinaan sebab banyak petani tidak mengenal manajemen pertanian, bantu juga permodalan dan pemasarannya. Pemerintah harus mampu memfasilitas pasar yang pasti agar produk pertanian hasil petani bisa terserap,” imbuh perempuan yang mengaku banyak punya pengalaman berkesan pada saat bertemu petani dan berbincang tentang kehidupan pertanian mereka.