Foto: Pemerhati lingkungan dan pecinta hutan mangrove Didik Purwati (nomor dua dari kanan) yang juga Wakil Ketua Bidang Kehutanan, Agraria dan Tata Ruang DPW Partai NasDem Provinsi Bali

Denpasar,partainasdembali.org

Hutan mangrove di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Kota Denpasar, menjadi saksi bisu momen bersejarah nan langka yang mungkin tidak akan terulang untuk kedua kalinya. Yakni Presiden Jokowi bersama para pemimpin negara anggota G20 melakukan sesi penanaman mangrove bersama di area bangunan kayu yang berbentuk elips di kawasan Tahura ini pada Rabu (16/11/2022).

Penanaman mangrove bersama ini merupakan momen bersejarah sejalan dengan visi G20 untuk pulih bersama, pulih lebih kuat, dan juga menandakan komitmen bersama para pemimpin dunia untuk mengatasi perubahan iklim serta memulihkan dan melestarikan lingkungan.

Namun kepedulian terhadap hutan mangrove ini juga diharapkan tidak hanya sebatas saat G20 tapi harus berkelanjutan. Dan yang lebih penting lagi bagaimana tumbuh kesadaran kolektif masyarakat bersama semua pihak seperti komunitas, organisasi, perusahaan, lembaga pendidikan, partai politik dan kelompok lainnya untuk turut merawat mangrove, bukan sekedar seremonial ikut menanam saja.

“Para kepala negara G20 ikut menanam pohon mangrove itu kita bangga banget. Tapi mudah-mudahan, saya berharap masyarakat ikut membantu perawatan rutinnya. Jangan hanya ditanam saja tapi juga dirawat,” kata pemerhati lingkungan dan pecinta hutan mangrove Didik Purwati yang juga Wakil Ketua Bidang Kehutanan, Agraria dan Tata Ruang DPW Partai NasDem Provinsi Bali, Minggu (27/11/2022).

Pihaknya berharap pemerintah seharusnya juga bekerjasama dengan masyararakat yang ada di sekitarnya dan berbagai pihak untuk ikut aktif melakukan perawatan mangrove bukan hanya efuoria dan bangga saat menanam saja

Sejauh ini tidak banyak pihak serius melakukan upaya merawat mangrove secara berkelanjutan. Kebanyakan rajin melakukan aksi seremonial menanam mangrove tapi lupa dan abai untuk merawatnya hingga tumbuh dan menjadi besar. Karena itu Didik Parwati juga berharap dana CSR perusahaan jangan hanya diarahkan untuk seremonial menanam mangrove tapi juga bagaimana mendukung perawatannya.

“Kalau kita melakukan penanaman pohon, penghijauan jangan hanya seremonial menanam, tapi setelah itu harus siap merawat, termasuk merawat pohon siapapun yang menanamnya. Mudah-mudahan kesadaran masyarakat, organisasi sosial, LSM dan lainnya mau ikut merawat,” ujar Didik Purwati.

Di sisi lain hutan mangrove di Tahura juga masih belum luput dari ancaman sampah terutama saat musim hujan. Hal itu juga menjadi PR yang harus diselesaikan. Jangan sampai ada pemandangan tidak sedap hutan mangrove dikepung sampah. Tentu itu akan mencederai dan mencoreng momen bersejarah para pemimpin negara di dunia menanam mangrove bersama di Tahura Ngurah Rai yang menjadi show case mangrove Indonesia di mata dunia.

“Persoalan sampah, di musim hujan sampah banyak sekali. Itu perlu penanganan dan perhatian khusus,” kata Didik Purwati yang juga dikenal sebagai pengusaha pertanian dan tananam hias serta tergabung di WTI (Wanita Tani Indonesia) Provinsi Bali.

Pihaknya lantas berharap kawasan hutan mangrove di Tahura bisa menjadi objek wisata pilihan wisatawan tidak hanya lokal tapi juga mancanegara. “Kita harus memanfaatkan Tahura itu untuk pariwisata juga yang sejalan dengan pelestarian lingkungan. Jadi buat juga wisatawan yang datang agar nyaman. Syukur-syukur bisa mendunia juga,” ujar Didik Purwati.

Di Partai NasDem sendiri, konsern dan kepedulian terhadap hutan mangrove sudah menjadi garis kebijakan Partai NasDem yang juga tertuang dalam isu-isu strategis hasil Rakernas Partai NasDem di Jakarta pada pertengahan Juni 2022 lalu. Para kader NasDem diinstruksikan untuk mendukung pelaksanaan program rehabilitasi gambut dan mangrove. Ekosistem gambut dan mangrove memegang peranan sangat penting karena mampu menyerap emisi karbon lebih besar dibanding ekosistem hutan daratan.

“Kalau kita di NasDem Bali tentu mangrove menjadi konsern serius. Tidak boleh lagi hutan mangrove kita berkurang karena dieskploitasi untuk kepentingan ekonomi. Dan khususnya Tahura harus kita jaga serius karena sudah menjadi bagian dari sejarah dunia,” tutup Didik Purwati

Sebagai informasi, selain menjadi rumah bagi kekayaan keanekaragaman hayati, Tahura Ngurah Rai Bali juga menampung sejumlah situs penting agama dan budaya. Selain itu, terdapat juga sebuah konservasi air yang disebut Beji.

Indonesia sendiri memiliki kawasan mangrove terbesar di dunia yaitu sekitar 3,36 juta hektare dengan 157 spesies mangrove di seluruh negeri. Kawasan mangrove ini merupakan 23 persen dari total luas mangrove dunia.

Bagikan Artikel

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *