Foto: Ketut Guna,Aanggota DPRD Bangli dari Partai NasDem menyambut baik kunjungan delegasi International Training on Fisheries for African Countries ke Bangli.

Bangli

Di Kabupaten Bangli, sebuah babak baru dalam diplomasi perikanan Indonesia akan segera dimulai. Delegasi dari sepuluh negara sahabat akan datang, membawa harapan untuk memperkuat hubungan melalui diplomasi ekonomi biru yang berfokus pada sektor perikanan. Kunjungan ini adalah bagian dari rangkaian acara “International Training on Fisheries for African Countries,” sebuah pelatihan internasional yang menghubungkan Indonesia dengan negara-negara di benua Afrika.

Angin segar itu berhembus ke desa-desa binaan Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPPSDM) di Bangli. Kabupaten ini, dengan tenangnya kolam-kolam ikan yang mencerminkan langit Bali, menjadi saksi bisu bagaimana potensi perikanan Bangli kini sedang menatap dunia.

Bagi Ketut Guna,Aanggota DPRD Bangli dari Partai NasDem, kunjungan ini lebih dari sekadar diplomasi. Ini adalah panggilan untuk Bangli agar semakin serius mengembangkan potensi perikanan yang telah lama tersembunyi, namun kini mendapat sorotan internasional.

dia melihat kunjungan delegasi dari 10 negara dalam rangka International Training on Fisheries for African Countries sebagai momentum berharga bagi Kabupaten Bangli. “Ini bukan sekadar kunjungan diplomatik biasa, tetapi sebuah kesempatan langka untuk memperkenalkan potensi perikanan darat yang selama ini tersembunyi di Bangli ke panggung internasional,” katanya Kamis 12 September 2024.

Dampak dan Manfaat Positif bagi Bangli

Bagi Ketut Guna, kunjungan ini membawa dampak positif jangka panjang bagi sektor perikanan di Bangli. Pertama, perhatian dari delegasi internasional akan meningkatkan citra Bangli sebagai salah satu sentra perikanan darat terbaik di Bali.

“Hal ini akan membuka pintu bagi kemungkinan kerja sama internasional di bidang teknologi budidaya ikan, peningkatan kualitas sumber daya manusia, hingga akses pasar ekspor bagi produk perikanan Bangli,” katanya.

Selain itu, ia juga melihat manfaat langsung bagi komunitas lokal, khususnya kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan). Dengan adanya observasi langsung dari delegasi internasional, para petani ikan di Bangli akan termotivasi untuk terus meningkatkan inovasi dan kualitas produksi mereka. Ini bisa menjadi dorongan bagi pemerintah daerah untuk lebih serius mendukung infrastruktur dan kebijakan yang menunjang pertumbuhan sektor ini.

Peluang Bagi Sektor Perikanan dan Pariwisata Bangli

Ketut Guna menyoroti bahwa kunjungan ini tidak hanya berdampak pada sektor perikanan, tetapi juga membuka peluang baru di bidang pariwisata. Dengan semakin dikenalnya Bangli sebagai sentra perikanan, ada potensi untuk mengembangkan eco-tourism berbasis perikanan.

Wisatawan, baik domestik maupun internasional, bisa diajak berkunjung ke lokasi-lokasi budidaya ikan untuk melihat langsung bagaimana teknologi seperti bioflok atau mina padi diterapkan di lapangan. Ini tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga memperkaya pengalaman wisata di Bangli.

Lebih jauh lagi, Ketut Guna melihat potensi kerja sama bilateral yang lebih luas. Misalnya, delegasi negara-negara Afrika yang hadir bisa membuka peluang ekspor ikan hasil budidaya Bangli ke pasar Afrika, atau bahkan sebaliknya, kerja sama teknologi di bidang perikanan yang lebih ramah lingkungan dan efisien.

Ini adalah peluang emas bagi Bangli untuk memperluas jangkauan bisnisnya, sekaligus menempatkan kabupaten ini dalam peta perdagangan global,” tegasnya.

Ketut Guna menegaskan bahwa Bangli harus siap menyambut peluang ini dengan visi yang kuat dan kerja keras. Dengan pengembangan sektor perikanan yang lebih modern dan terintegrasi, serta dukungan penuh dari pemerintah dan masyarakat, ia yakin Bangli bisa menjadi pusat inovasi perikanan di Bali yang tak hanya dikenal di dalam negeri, tetapi juga di dunia internasional.

Sementara it uWayan Sarma, Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) Bangli, dengan penuh keyakinan mengungkapkan bahwa pelatihan ini akan berlangsung dari tanggal 8 hingga 14 September 2024 di Loka Perikanan, Benoa. Dengan hati terbuka, mereka menyambut 20 peserta yang datang mewakili sepuluh negara, termasuk Burundi, Namibia, dan Libya. Mereka akan belajar tentang budidaya ikan nila dan lele—dari awal hingga akhir, dari hulu hingga hilir.

Namun, tanggal 13 September 2024 menjadi hari yang paling dinanti. Para delegasi akan menjejakkan kaki di tiga lokasi penting di Bangli: UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Sidembunut, Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Ulam Ulam Merta Asih di Desa Jehem, dan Pokdakan Sri Sari Sedana di Desa Sulahan. Setiap tempat ini menyimpan cerita yang berbeda, kisah perjuangan dan inovasi dalam mengembangkan sektor perikanan darat, yang kini menjadi yang tertinggi di Bali.

Di Ulam Ulam Merta Asih, para delegasi akan melihat bagaimana maggot, si makhluk kecil, diolah menjadi pakan ikan yang berkualitas. Sementara itu, di BBI Sidembunut, mereka akan menyaksikan bagaimana benih-benih ikan nila yang kelak akan mengisi sungai dan kolam dihasilkan. Dan di Sri Sari Sedana, mereka akan belajar tentang teknik pembesaran ikan lele dan nila dengan sistem bioflok, serta budidaya mina padi, sebuah harmoni antara ikan dan sawah yang tumbuh bersama.

Wayan Sarma tersenyum ketika ditanya tentang persiapan menyambut kedatangan para delegasi. “Tidak ada persiapan khusus,” katanya, seolah ingin menekankan bahwa keindahan ini sudah ada sejak lama, tanpa perlu rekayasa. “Kami ingin mereka melihat bagaimana kami bekerja, bagaimana kami memproduksi ikan dengan cara yang alami, sederhana, tapi penuh dedikasi.”

Bangli kini bukan lagi sekadar kabupaten di tengah Pulau Bali. Ia sedang bersiap menjadi pusat perhatian dunia, membawa pesan bahwa dari kolam-kolam kecil, impian besar bisa mengalir, menyatukan bangsa-bangsa dengan diplomasi yang berbicara lewat air dan ikan.

Bagikan Artikel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *