Foto: Ilustrasi subsidi BBM.

Jakarta

Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto, menyebut wacana pemerintah memangkas subsidi bahan bakar minyak (BBM) pada 2025 masih perlu pertimbangan.

“Banyak faktor yang mempengaruhi bengkaknya subsidi BBM sehingga rencana itu masih perlu ditimbang, apakah akan sangat mempengaruhi beban keuangan negara ke depan atau tidak,” ujar Sugeng di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (29/5/2024).

Pasalnya, lanjut Sugeng, saat ini Indonesia terkena double hit (pukulan ganda). Di antaranya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang jatuh ke angka Rp16.000-an, serta nilai impor minyak mentah maupun BBM yang diprediksi akan naik.

“Soal harga BBM tiga aspek harus kita perhatikan. Pertama, kemampuan atau daya beli masyarakat. Kedua, kemampuan keuangan negara. Dan ketiga, kemampuan BUMN yang mendapat penugasan,” ungkapnya.

Sugeng sepakat jika ke depan subsidi energi lambat laun akan dikurangi. Namun demikian, berbagai pertimbangan harus dipikirkan secara matang. Salah satu cara untuk mengurangi subsidi adalah dengan penyaluran yang tepat sasaran.

“Subsidi energi ini cepat atau lambat memang harus kita kurangi. Bukan dihapus. Mengurangi dengan cara apa? Dengan penyaluran BBM subsidinya tepat sasaran. Itu juga sudah mengurangi volume,” urai legislator Partai NasDem itu.

Di sisi lain, Sugeng meminta Pertamina sebagai BUMN yang ditunjuk dalam persoalan migas, untuk bisa menaikkan lifting atau produksi minyak siap pakai dalam negeri yang bisa melebihi angka 60%. Karena target 630 ribu barel per hari saat ini belum tercapai.

Bagikan Artikel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *