Foto: Ilustrasi energi hijau, energi baru terbarukan.

Jakarta

Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto menilai transisi energi yang dijalankan pemerintah masih sangat lamban.

Padahal, menurut Sugeng, pemerintah sudah menargetkan net zero emission maksimal pada tahun 2060, melalui transisi dari fosil ke energi hijau yang ramah lingkungan.

“Transisi energi memang dijalankan pemerintah, tapi masih sangat lambat,” ujar Sugeng usai mendengar pidato kenegaraan Presiden dalam sidang tahunan MPR RI, di Gedung Nusantara DPR RI, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2024).

Legislator NasDem yang akan kembali duduk di kursi Senayan pada 2024-2029 itu menilai ada banyak faktor yang membuat transisi energi masih sangat lamban, namun yang paling utama adalah adanya tarik menarik kepentingan.

Sugeng melihat, masih ada niat baik untuk mewujudkan itu semua. Namun, sayangnya hal itu tidak diimplementasikan dengan action plan yang jelas, dan tidak langsung dilaksanakan dengan baik.

“Ada sejumlah tantangan untuk menuntaskan transisi energi hingga sampai pada tahap zero emission. Di antaranya terkait konstitusi atau undang-undang. Sejauh ini UU Energi Baru dan Energi Terbarukan sampai hari ini juga belum selesai kita susun, belum juga dituntaskan. Padahal prinsip dasarnya telah kita sepakati bahwa memang kita sudah tidak bisa tidak untuk masuk ke energi baru terbarukan, karena energi fosil sudah tidak bisa lagi kita andalkan,” terangnya.

Oleh karena itu, Sugeng berharap dengan sisa waktu yang ada, pemerintahan Joko Widodo dapat memaksimalkan target net zero emission. Tidak hanya itu, bahkan pemerintahan ke depan juga bisa melanjutkan transisi energi yang sudah ada hingga benar-benar menghasilkan energi hijau yang ramah lingkungan dengan net zero emission.

Sebagaimana diketahui, dalam pidato Presiden RI Joko Widodo mengungkapkan bahwa di saat dunia mulai mengarahkan masa depannya ke ekonomi hijau, Indonesia juga tidak ingin kehilangan momentum karena Indonesia memiliki potensi besar di sektor energi hijau, yaitu sekitar lebih dari 3.600 GW, baik dari energi air, angin, matahari, panas bumi, gelombang laut, maupun bio energi.

“Kita terus konsisten mengambil bagian dalam langkah dunia melakukan transisi energi secara hati-hati dan bertahap. Transisi energi yang ingin kita wujudkan adalah transisi energi yang berkeadilan, yang terjangkau dan mudah diakses masyarakat,” ujar Joko Widodo dalam pidatonya.

Bagikan Artikel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *