Foto: I Gusti Ngurah Bagus Eka Subagiartha (Gus Eka), seorang praktisi pariwisata yang juga Wakil Ketua Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DPW Partai NasDem Bali mendukung pelaksanaan International Quality Tourism Conference (IQTC) pada 29-30 Agustus 2024, Bali Beach Convention Center, The Meru Sanur, Denpasar.

Denpasar

Dalam udara hangat Sanur yang penuh sejarah, Bali bersiap menyambut gelaran penting yang akan menjadi penentu arah masa depan pariwisata di Pulau Dewata. Pada tanggal 29-30 Agustus 2024, Bali Beach Convention Center, The Meru Sanur, akan menjadi saksi perdana International Quality Tourism Conference (IQTC) yang dihelat dengan penuh harapan.

 Salah satu sosok yang antusias menyambut acara ini adalah I Gusti Ngurah Bagus Eka Subagiartha, atau yang akrab disapa Gus Eka, seorang praktisi pariwisata, kader NasDem yang juga sebagai Wakil Ketua Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DPW Partai NasDem Bali.

Dalam pandangannya, IQTC bukan sekadar konferensi internasional yang akan dihadiri oleh para pelaku industri pariwisata dari berbagai belahan dunia. “Bagi kami International Quality Tourism Conference ini adalah momentum yang sangat dinantikan untuk mengukuhkan kembali komitmen Bali dalam mewujudkan pariwisata berkualitas atau quality tourism, sebuah cita-cita yang telah lama diimpikan namun sering tergeser oleh arus pariwisata massal yang tak terbendung,” katanya.

Dilema Pariwisata Bali: Antara Kuantitas dan Kualitas

Bali, dengan keindahan alam dan budayanya yang menakjubkan, telah lama menjadi magnet bagi wisatawan dari seluruh penjuru dunia. Namun, di balik gemerlap industri pariwisata yang menyumbangkan devisa besar bagi negeri ini, terdapat banyak masalah yang menggerogoti. Pariwisata massal, atau mass tourism, telah membawa dampak yang tidak diinginkan. Bali, yang dulunya tenang dan damai, kini harus menghadapi berbagai permasalahan yang timbul akibat lonjakan jumlah wisatawan yang tak terkendali.

Salah satu dilema terbesar adalah ketidakmampuan Bali untuk memfilter wisatawan yang datang. Akibatnya, kasus wisatawan asing yang bertindak melanggar hukum dan etika menjadi pemandangan yang tak asing lagi. Mereka tidak hanya sekadar datang untuk berlibur, tetapi juga merebut peluang ekonomi warga lokal dengan bekerja secara ilegal atau bahkan membuka bisnis tanpa izin.

Pelanggaran visa kunjungan dan izin tinggal yang sering terjadi juga menjadi isu yang mengganggu. Banyak wisatawan yang memilih untuk overstay, sehingga akhirnya mereka harus dideportasi, meninggalkan citra negatif yang merusak wajah pariwisata Bali.

Perlu Kebijakan dan Aksi Konkret untuk Pariwisata Berkualitas

Di tengah segala persoalan ini, Gus Eka melihat IQTC sebagai kesempatan emas untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan mendorong aksi nyata dari pemerintah serta stakeholder terkait. “Pariwisata berkualitas bukan lagi sekadar wacana, tetapi harus menjadi kenyataan yang diwujudkan melalui kebijakan yang tegas dan terukur,” tegas Gus Eka.

Ia berharap konferensi ini akan melahirkan strategi yang komprehensif untuk memperkuat posisi Bali sebagai destinasi yang menjunjung tinggi pariwisata berkualitas. Dengan quality tourism, Bali dapat menjaga kelestarian alamnya, memperbaiki tata kelola pariwisata, serta memastikan kesejahteraan masyarakat lokal.

Ini adalah jalan yang harus ditempuh untuk menghindari dampak yang lebih mengerikan jika Bali terus terjebak dalam pariwisata massal. Jika tidak diambil langkah serius, Bali bisa kehilangan daya tariknya yang unik dan tak tergantikan, berubah menjadi sekadar destinasi yang penuh sesak namun kehilangan jiwanya.

Menjaga Masa Depan Bali: Komitmen untuk Pariwisata Berkualitas

Bagi Bali, komitmen untuk mewujudkan pariwisata berkualitas ibarat membangun fondasi yang kokoh bagi sebuah rumah yang indah. Tanpa fondasi yang kuat, rumah itu mungkin berdiri megah, tetapi akan runtuh saat badai datang. Begitu pula dengan Bali. Jika pariwisata berkualitas tidak terwujud, pulau ini mungkin akan terus dikunjungi, namun lama kelamaan, keindahan dan kekhasan Bali akan pudar, menyisakan kehancuran di balik hiruk-pikuk turis yang datang dan pergi.

IQTC adalah harapan baru bagi Bali. Sebuah harapan untuk masa depan pariwisata yang lebih baik, lebih berkelanjutan, dan lebih menghargai nilai-nilai yang menjadi roh Pulau Dewata. Gus Eka, bersama para pemangku kepentingan lainnya, bertekad menjadikan Bali sebagai contoh nyata bahwa pariwisata berkualitas bukanlah mimpi, tetapi sebuah keniscayaan yang harus segera diwujudkan.

IQTC akan Tingkatkan Kualitas Destinasi Wisata di Indonesia

Sementara itu Odo RM Manuhutu, Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, mengungkapkan bahwa International Quality Tourism Conference (IQTC) akan berperan penting dalam meningkatkan kualitas destinasi wisata di Indonesia, khususnya di Pulau Dewata dan lima Destinasi Super Prioritas (DSP). Dalam konferensi ini, akan disusun sebuah roadmap yang berfokus pada penerapan indikator pariwisata berkualitas di wilayah ASEAN, termasuk Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang.

Pernyataan ini disampaikan oleh Odo saat menjadi tamu di acara *The Weekly Brief with Sandi Uno* yang berlangsung di Gedung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pada Senin, 19 Agustus 2024, di Jakarta.

Indonesia telah berupaya menguatkan konsep pariwisata berkualitas melalui kerja sama antara Kemenparekraf, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan Bank Indonesia (BI). Penguatan ini dilakukan berdasarkan empat pilar utama, yaitu daya saing infrastruktur dasar, pengelolaan pariwisata berkelanjutan, keunikan destinasi, dan layanan pariwisata bernilai tinggi.

“IQTC diharapkan akan dihadiri oleh sekitar 400 peserta yang mewakili pemerintah, industri, dan berbagai sektor lainnya,” tambah Odo, menjelaskan acara yang diinisiasi oleh Kemenko Marves, Kemenparekraf, Bappenas, dan BI ini.

Selama dua hari penyelenggaraan, IQTC akan membahas berbagai topik yang berkaitan dengan pariwisata berkualitas, seperti praktik berkelanjutan dan bertanggung jawab, pengembangan strategi pariwisata berkualitas di tingkat regional, serta penerapan standar pariwisata berkualitas. Semua topik ini akan dibahas dalam enam sesi pleno, 16 sesi tematik, dengan menghadirkan lebih dari 20 pembicara global.

Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mengajak semua pihak yang berminat dalam penguatan pariwisata berkualitas untuk segera mendaftarkan diri. Konferensi ini tidak hanya melibatkan pemerintah dan industri, tetapi juga terbuka untuk lembaga non-pemerintah dan akademisi.

“Lebih baik kita berkontribusi, daripada hanya berbicara tentang quality tourism. Jika kita ingin wisatawan yang menghormati budaya lokal dan patuh pada hukum kita, maka sudah selayaknya kita berpartisipasi,” tegas Sandiaga, yang juga bertindak sebagai tuan rumah dalam acara mingguan Kemenparekraf tersebut.

Bagikan Artikel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *