Foto: Kader perempuan Partai NaDem Bali Tutik Kusuma Wardhani yang juga juga Ketua Wanita Tani Indonesia (WTI) Provinsi Bali (kiri) saat bersama petani.

Denpasar, partainasdembali.org

Partai NasDem memberikan perhatian serius terhadap upaya membangun dan memajukan pertanian Bali. Dengan spirit tagline “Bersatu Membangun Bali,” banyak upaya totalitas dan aksi nyata telah dilakukan NasDem Bali untuk menggeliatkan sektor pertanian di Pulau Dewata.

Mulai dari membagikan bantuan bibit buah produktif secara gratis, memberikan bantuan alsintan (alat mesin pertanian) hingga berbagai bentuk pemberdayaan dan pendampingan langsung kepada petani yang juga dilakukan kader-kader NasDem di Bali.

Salah satu kader perempuan NasDem yang sangat konsern di dunia pertanian adalah Tutik Kusuma Wardhani yang juga siap tarung sebagai caleg DPR RI Dapil Bali dari Partai NasDem.

Tutik Kusuma Wardhani yang juga Ketua Wanita Tani Indonesia (WTI) Provinsi Bali ini menegaskan sektor pertanian Bali perlu digarap dengan serius untuk menjaga ketahanan pangan Bali dan juga secara nasional.

Dengan situasi global yang tidak menentu seperti adanya perang Rusia dengan Ukraina hingga situasi ketegangan politik antara China dan Taiwan, masyarakat dan pemimpin dunia khawatir dengan ketahanan pangan. Saat ini juga yang diutamakan Pemerintah Indonesia adalah bagaimana ketahanan pangan bisa terjaga, serta ketahanan energi.

“Ketahanan pangan dan ketahanan energi dua itu dulu yang harus betul-betul diperjuangkan,” ujar Srikandi NasDem asal Buleleng ini.

Indonesia masih bisa mengembangkan pertanian sehingga ia berharap pemerintah juga harus lebih konsern. “Ketika pemerintah hadir ketika ada kesulitan pertanian, malah kita bisa mengekspor hasil-hasil pertanian,” kata Tutik.

Dirinya pun berharap Bali juga harus lebih serius menggarap sektor pertanian ketika memang terbukti sektor ini mampu bertahan di tengah masa pandemi Covid-19 saat sektor pariwisata yang menjadi andalan ekonomi Bali malah terpuruk.

“Sebelum pandemi masyarakat euforia dengan pariwisata dan pertanian ditinggalkan, kita juga banyak impor hasil pertanian dari luar Bali. Padahal kita masih banyak punya lahan-lahan tidur yang harus kita garap,” ujarnya.

“Dan ketika pandemi datang, kita disadarkan bahwa pertanian bisa bertahan. Betul dengan pertanian saja kita bisa bertahan. sekarang tinggal masyarakat dan khususnya generasi muda berani menggarap peluang pertanian dan menjaga ketahanan pangan di Bali. Kalau ketahanan pangan terjaga, tidak mungkin kita akan melarat dan kelaparan. Tidak mungkin akan menjadi orang miskin,” tutur Tutik.

Dirinya pun percaya jika pertanian digeluti dengan serius kesejahteraan akan mengikuti sehingga tidak ada lagi cerita dan anggapan menjadi petani ini identik dengan kemiskinan. “Buktinya sekarang, saat saya pulang kampung ke Singaraja, saya melihat sudah banyak di desa-desa yang memang betul-betul konsern, rajin, tekun menggeluti pertanian. Buktinya mereka hidup lebih makmur kok daripada saudara-saudara kita yang di pariwista dan terdampak pandemi. Jauh lebih sukses mereka yang tekun di pertanian,” ungkapnya.

Dirinya pun mengajak masyarakat Bali jangan pernah sekali-sekali meningkalkan pertanian. “Karena pertanian adalah anugerah dari Ida Sang Hyang Widi Wasa. Marilah kita tekuni secara totalitas, tentu yakin kita tidak akan kelaparan. Itu kuncinya,” pesan mantan Anggota DPR RI periode 2017-2019 ini.

Di sisi lain Tutik juga mengaku konsern ikut berupa mencetak mencetak petani muda, petani milenial sebagia bagian upaya regenerasi petani yang memang saat ini kebayakan sudah tua. “Sekarang generasi muda yang sebelumnya banyak terjun di dunia pariwista pula ke desa, mereka kita dekati untuk menjadi petani muda,” katanya.

Pihaknya juga berkolaborasi dengan pemerintah membangkitkan pertanian dan mencetak petani muda yang melek  teknologi dan memanfaatkan teknologi untuk  memajukan sektor pertanian. Apalagi program Ekonomi Kerthi Bali yang dicetuskan Gubernur Bali Wayan Koster bermuara pada pertanian dan nantinya sektor pariwisata diharapkan hanya sebagai bonus saja.

“Tentu saya sangat senang bertemu dengan petani muda. Karena mereka gampang menyerap teknologi. Harus berani bertransformasi ke teknologi dan berlanjut ke ekonomi digital, pemasaran secara digital,” pungkas Tutik.

Bagikan Artikel

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *