Foto: Ilustrasi nasib guru honorer.
Jakarta
Berdasarkan Hasil survei Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) dan GREAT Edunesia Dompet Dhuafa menemukan mayoritas penghasilan guru honorer di Indonesia ternyata berada di bawah dua juta rupiah per bulan, bahkan banyak yang berada di bawah Rp500 ribu per bulan.
Menanggapi hal tersebut, anggota Komisi X DPR RI Lisda Hendrajoni mengatakan bahwa ini merupakan PR besar bagi dunia pendidikan di Indonesia, dan harus segera diselesaikan.
Menurutnya, persoalan ini sudah puluhan tahun, namun tak kunjung mendapatkan solusi.
“PR besar dunia pendidikan ini harus segera diselesaikan. Pendidikan kita harus segera direformasi. Bagaimana kita bisa menciptakan generasi unggul apabila tingkat kesejahteraan guru honorer seperti itu,” tegas Lisda dalam keterangannya, Sabtu (25/5/2024).
Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa sebanyak 42% guru memiliki penghasilan di bawah dua juta rupiah per bulan dan 13% di antaranya berpenghasilan di bawah Rp500 ribu per bulan.
Namun anehnya lagi, berdasarkan fakta di lapangan, banyak guru honorer yang justru banyak diberi peran mengajar untuk menggantikan guru tetap yang berhalangan mengajar.
Hal ini juga membuktikan bahwa dunia pendidikan di Indonesia menyimpan masalah akut yang sampai sekarang belum terselesaikan, terutama menyangkut kesejahteraan guru.
“Ini, kan, menjadi aneh. Kita tak habis pikir, masalah ini puluhan tahun tidak kunjung selesai, padahal ini salah satu prioritas dalam langkah dan upaya mencerdaskan anak bangsa,” tandas Lisda yang akan kembali duduk di kursi DPR RI Periode 2024-2029 mendatang.