Foto: Kader perempuan Partai NasDem Ni Ketut Sariwati yang juga Wakil Ketua Bidang Energi dan Mineral DPW Partai NasDem Provinsi Bali.
Perjalanan 10 tahun Partai NasDem, satu dekade di jalan restorasi membawa gerakan perubahan punya makna tersendiri bagi masing-masing kader NasDem. Bagi Ni Ketut Sariwati, kader perempuan NasDem Bali yang juga pengurus DPW Partai NasDem Provinsi Bali, restorasi bisa dimulai dengan perubahan mindset atau pola pikir yang didapat dari edukasi, proses pendidikan termasuk pendidikan politik.
Hal itu harus mampu mengubah mindset mayarakat dalam memilih calon pemimpin dan calon wakil rakyat serta dan menyadarkan masyarakat untuk memperjuangkan hak-haknya sebagai warga negara sebagaimana tertuang dalam konstitusi Negara Republik Indonesia yakni UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
“Restorasi adalah mengembalikan sesuatu ke keadaan semula. Jika suatu negara sudah tidak lagi berjalan di rel atau jalur yang semestinya (seperti kesepakatan semula) ya harus dilakukan perubahan dari titik sekarang menuju posisi yang semestinya sesuai UUD 1945,” kata Sariwati, Minggu (14/11/2021).
“Dan perubahan itu terjadi jika dan hanya jika pola pikir seseorang itu berubah atau diubah. Satu-satunya cara untuk mewujudkan perubahan itu menurut saya adalah edukasi. Entah itu seseorang akan mendapatkannya dengan cara sekolah, bergaul, membaca buku atau dengan ikut seminar-seminar,” sambung kader perempuan NasDem asal Desa Pandak Gede, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan ini.
Bagi masyarakat yang punya tingkat pendidikan tinggi dengan ekonomi yang cukup mungkin hal ini tidak jadi masalah. Tapi bagi masyarakat yang pendidikannya kurang?
“Disinilah saya merasa terpanggil untuk berbagi pengetahuan dengan masyarakat Bali khususnya yang pendidikannya kurang agar tidak dibodoh-bodohi oleh orang pintar yang egois. Saya tidak rela!,” ungkap perempuan lulusan Astronomi spesialis Satelit di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
“Selama ini yang saya lakukan adalah baru sebatas berbagi pengetahuan tentang politik, kesehatan, asuransi termasuk beberapa ilmu parenting yang saya tahu, dengan orang-orang yang saya temui dan teman-teman se-kampung saya saja. Termasuk memotivasi anak-anak muda agar lebih peduli dengan bangsa dan negaranya, bukannya cuek/apatis dan skeptis,” tutur perempuan yang sejak dirinya pulang ke Bali setelah merantau selama 16 tahun di Bandung dan Jakarta, mempunyai hobi keliling Bali dengan sepeda motor sederhananya.
Ia mengaku perjalanan keliling Bali dilakukannya karena dirinya ingin melihat dan merasakan secara langsung kehidupan masyarakat di Bali ini sampai ke pelosok-pelosok desa termasuk menyelipkan pendidikan politik dengan bahasa dan pesan-pesan sederhana yang mudah dipahami masyarakat.
“Sehingga saya tahu apa sebenarnya yang mereka alami dan apa yang mereka butuhkan agar sejahtera dan bahagia,” ujar perempuan kelahiran Tabanan, 29 Januari 1969 ini yang dalam perjalanannya bergabung di NasDem dan kini menjadi Wakil Ketua Bidang Energi dan Mineral DPW Partai NasDem Provinsi Bali.
Kembali berbicara soal edukasi, Sariwati sangat memandang penting masyarakat bahkan hingga yang berada di pelosok desa agar diberikan pendidikan politik. “Kembali lagi kenapa edukasi itu perlu, terutama di bidang politik karena pertama saya ingin menghapus image buruk/kotor tentang politik,” tegasnya.
“Kedua saya ingin masyarakat kita tahu apa saja hasil yang bisa mereka nikmati dari politik itu sendiri. Ketiga apa dampak buruknya jika masyarakat itu cuek/apatis dan skeptis, termasuk dampak buruk dari golput,” lanjutnya.
Ia mengaku prihatin dengan kondisi seringnya masyarakat mengeluh dan protes kepada pemerintah dan wakil rakyatnya sendiri setelah menjabat. Tapi mereka lupa kalau saat pemilu mereka memilih asal-asalan atau hanya berdasarkan teman/saudara/suryak siyu dengan tetangga/kebulatan tekat di banjar tanpa mengetahui figur calon yang akan dipilih atau bahkan tidak memilih sama sekali (golput).
Dan lebih parahnya lagi mereka mau menggadaikan masa depan dan hak-hak mereka bernegara dengan dana renovasi pura/bale banjar, pasir/semen untuk pembangunan jalan. Padahal calon pemimpin atau caleg yg dipilih tidak kompeten sebagai wakil rakyat. Mereka hanya membawa bansos untuk mengambil hati rakyat, padahal bansos memang hak rakyat.
“Maksud saya siapapun yang terpilih jadi wakil rakyat maka rakyat pasti akan dibagikan bansos sesuai dengan peruntukannya. Jadi itulah pentingnya kita memilih caleg yang kompeten, berkarakter dan mau bekerja untuk rakyat, jangan pilih preman (orang yang suka mengintimidasi). Karena ketepatan kita dalam memilih pemimpin dan wakil rakyat, dampaknya program-program pemerintah kita juga pasti akan tepat sasaran,” urai Sariwati.
Jika masyarakat bisa memilih pemimpinnya yang benar-benar bagus, maka masa depan dan kesejahteraan mereka akan lebih baik untuk jangka panjang. “Dalam pendidikan politik pun saya akan dan harap akan diberikan cara-cara memilih calon pemimpin/caleg yang baik dan benar. Jadi kesimpulannya, kalau mau kehidupan kita berubah maka ubah dulu pola pikir kita dalam memilih calon pemimpin dan juga calon wakil rakyat,” pungkas Sariwati.