Foto: Ilustrasi budidaya ikan air tawar.
Denpasar
Potensi budidaya ikan air tawar di Kota Denpasar sebenarnya sangat besar, namun hingga kini, dari total 936 hektar lahan yang tersedia, baru 13 hektar yang dimanfaatkan. Hal ini mengundang keprihatinan dari I Wayan Gatra, Anggota DPRD Kota Denpasar dari Partai NasDem, yang mendesak agar Pemkot Denpasar bersama para stakeholder terkait segera menggarap potensi ini dengan serius demi peningkatan ekonomi masyarakat.
Di Denpasar, ada tiga jenis budidaya ikan yang berpotensi: budidaya ikan air tawar, air payau, dan air laut. Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Denpasar, Ida Bagus Mayun Suryawangsa, mengungkapkan bahwa budidaya ikan air payau telah dimanfaatkan sepenuhnya, dengan total lahan sekitar 20 hektar. Namun, untuk budidaya ikan air laut, dari potensi 9 hektar, baru 2 hektar yang dimanfaatkan.
“Kita akan terus mendorong pengembangan budidaya ikan air laut, terutama di Serangan, yang berpotensi besar untuk produksi ikan kerapu. Kami ingin menjadikan Serangan sebagai pusat budidaya ikan air laut dan ikon Denpasar dengan produk unggulannya,” ujar Wayan Gatra.
Namun, perhatian khusus perlu diberikan pada budidaya ikan air tawar yang memiliki potensi terbesar namun baru sedikit dimanfaatkan. Wayan Gatra mendesak Pemkot Denpasar melalui Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan untuk lebih berupaya menumbuhkan kelompok baru yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi ikan, terutama untuk budidaya lele dan nila.
“Budidaya lele dan nila harus terus kita galakkan di Denpasar, mengingat kebutuhan pasar yang cukup besar. Ini bisa menjadi penggerak ekonomi, khususnya untuk menumbuhkan pelaku usaha baru dan UMKM yang akan memperkuat ekonomi rakyat,” ujar Wayan Gatra, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi II DPRD Kota Denpasar.
Saat ini, di Denpasar terdapat sekitar 60 kelompok pembudidaya dengan total anggota sekitar 700 orang. Kelompok-kelompok inilah yang akan terus didorong untuk mengembangkan produksi budidaya ikan mereka.
Menurut data dari Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Denpasar, produksi ikan hasil budidaya di kota ini sekitar 1 ton per hari. Jika ditambah dengan produksi ikan tangkapan yang mencapai sekitar 3 ton, total produksi ikan di Denpasar mencapai 4 ton per hari. Namun, kebutuhan ikan di Denpasar mencapai 8 ton per hari, sehingga 50% kebutuhan masih harus disuplai dari luar kota.
Berbagai faktor menyebabkan belum optimalnya pemanfaatan potensi ini. Pertama, nelayan tangkap di Denpasar masih didominasi oleh nelayan tradisional yang menggunakan perahu bermesin di bawah 5 GT, sehingga wilayah tangkapan mereka sangat terbatas. Kedua, sumber daya manusia (SDM) perlu terus meningkatkan pengetahuan tentang teknik penangkapan ikan yang modern. Ketiga, ada kemungkinan nelayan beralih profesi, misalnya ke sektor pariwisata. Terakhir, kewenangan pengelolaan laut sepenuhnya berada di tangan pemerintah provinsi dan pusat, sementara pemerintah kabupaten/kota hanya mengelola wilayah pesisir, yang seringkali menyebabkan hambatan dalam meningkatkan produksi.
Melihat banyaknya faktor penghambat tersebut, Wayan Gatra mendorong Pemkot Denpasar dan semua stakeholder terkait untuk duduk bersama mencari solusi.
“Kita harapkan Pemkot berinisiatif menggandeng semua stakeholder untuk memecahkan masalah yang ada, sehingga potensi budidaya ikan air tawar dapat digarap lebih serius dan maksimal,” pungkas Wayan Gatra.