Foto: Tokoh masyarakat Buleleng yang juga Ketua DPD Partai NasDem Kabupaten Buleleng Made Suparjo.
Buleleng, partainasdembali.org
Rencana pembangunan Bandara Bali Utara yang telah lama menjadi impian dan harapan rakyat Bali khususnya warga Buleleng hingga kini tak kunjung terealisasi. Padahal Bandara Bali Utara di Buleleng itu akan menjadi kebanggaan rakyat Bali.
Tokoh masyarakat Buleleng yang juga Ketua DPD Partai NasDem Kabupaten Buleleng Made Suparjo menyayangkan rencana Bandara Bali Utara yang telah dirintis sejak kepemimpinan Gubernur Bali terdahulu yakni Made Mangku Pastika belum bisa terwujud di era kepemimpinan Gubernur Bali saat ini yakni Wayan Koster.
“Harusnya Bandara Bali Utara itu diperjuangkan dan dikawal dengan serius karena perencanaannya kan sudah lama. Jadi kalau sekarang tidak jelas begini, wajar masyarakat Bali kecewa dan putus asa dengan pemimpinnya,” kata Suparjo.
Dirinya juga mengkritisi dan mengecam keras sikap lemah Gubernur Koster dalam memperjuangkan kepentingan rakyat Bali untuk Bandara Bali Utara ini ketika harus dihadapkan dengan fakta bahwa pimpinan partainya Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tegas menolak bandara ini sampai ngamuk-ngamuk.
Koster dinilai cenderung mencari aman untuk bisa mendapatkan rekomendasi Megawati sebagai Calon Gubernur Bali dari PDI Perjuangan pada Pilgub Bali 2024. Bahkan beredar kuat kabar Koster ingin tetap mempertahankan duet Koster-Ace sebagai petahana dan menjabat dua periode sehingga juga harus membunuh karir politik Bupati Badung Nyoman Giri Prasta yang digadang-gadang sebagai calon kuat Gubernur Bali dari internal PDI Perjuangan menyaingi Koster atau setidaknya Giri Prasta bisa dipaksakan kawin paksa menjadi Wakil Gubernur mendampingi Koster.
“Masyarakat Bali sekarang sudah apatis dengan itu (Bandara Bali Utara dan keberanian Gubernur Koster). Karena mereka sudah yakin nggak mungkinlah (Koster) berani. Karena dia masih punya kepentingan untuk dapat rekomendasi tahun 2024 (Pilgub Bali). Beda halnya kalau dia tidak punya kepentingan politik,” ujar Suparjo.
Karena itu wajar rakyat Bali kecewa, pasrah harus menelan pil pahit dengan sikap Gubernur Koster mementingkan diri sendiri demi mengejar jabatan dua periode. Wajar juga jika Koster-Ace mengalami krisis kepercayaan dari rakyat Bali.
“Ini buktinya belum bisa dipisahkan saat dia sudah jadi Gubernur mana sich Gubernur untuk rakyat Bali dan mana yang kepentingan partai, jadi petugas partai. Sehingga pada akhirnya lebih banyak menjadi petugas partai. Kalau begitu jangan dah ngomong soal Bandara Bali Utara, bagaimana sorotan masyarakat pasti tidak dihiraukan,” kata Suparjo.
“Kalau Pak Gubernur memang menjadi pimpinan rakyat Bali, bagaimana memperjuangkan proyek yang sudah pernah muncul di era pemimpin sebelumnya dari sejak Pak Mangku Pastika jadi Gubernur, harusnya proyek bandara itu muncul lagi dan diwujudkan. Itulah baru benar berani memperjuangkan kepentingan Bali. Saat polemik pernyataan Ibu Mega, Pak Gubernur juga bungkam saja. Jadi bisa kita lihat sendiri ketakutan dia karena dia adalah petugas partai,” pungkas Suparjo.
Sebelumnya Gubernur Bali dua periode Made Mangku Pastika juga menyesalkan rencana pembangunan Bandara Bali Utara belum kunjung terealisasi. Padahal perencanaannya sudah sejak dirinya masih menjabat Gubernur Bali di sekitar tahun 2014-2015.
Pastika sangat getol memperjuangkan pembangunan Bandara Bali Utara untuk mempercepat pemerataan pembangunan dan memberikan keadilan bagi masyarakat Buleleng yang selama ini masih jauh tertinggal dari aspek pemerataan pembangunan.
“Perjuangan kita sudah lama sekali untuk airport di Bali Utara. Itu mimpi kita bersama. Orang Buleleng itu mimpi punya airport itu. Setiap dia bangun dia ingat airportnya. Jadi kalau sampai nggak jadi, ya mesti patut ditanya. Kenapa? Ada apa? Masalahnya apa? Itu kan sudah mulai dari zaman saya dulu, tahun 2014-2015,” beber Mangku Pastika belum lama ini.
Anggota DPD RI dari Bali ini lantas mendorong agar pembangunan Bandara Bali Utara dilanjutkan karena kondisi Bandara Ngurah Rai yang sudah tidak memungkinan ketika lebih banyak pesawat datang ke Bali. “Membangun bandara kan tidak sehari dua hari. Minimal lima tahun,” katanya seraya mendorong Bandara Bali Utara dibangun offshore atau di atas laut sehingga tidak merusak dan mengorbankan lahan-lahan produktif.