Foto: Wakil Ketua Bidang Ekonomi DPW Partai NasDem Provinsi Bali Pontas Hottua Simamora.
Pelaksanaan KTT G20 di Bali menjadi momentum untuk mengangkat ekonomi lokal Bali dan pelaku UMKM di Pulau Dewata. Sebab produk-produk unggulan UMKM Bali akan tampil dan dipamerkan juga dalam serangkan event tersebut.
Ini juga menjadi kempatan emas UMKM Bali bisa go global dan membawa produknya ke pasar ekspor. Tidak hanya itu ekonomi digital dan ekonomi kreatif juga diyakini akan semakin bertumbuh.
“KTT G20 ini juga menjadi momentum mengangkat ekonomi digital dan ekonomi kreatif Bali, sebab kita punya potensi yang sangat besar,” kata Wakil Ketua Bidang Ekonomi DPW Partai NasDem Provinsi Bali Pontas Hottua Simamora.
Dikatakan pelaksanaan berbagai rangkaian event KTT G20 yang diikuti pemimpin negara dan delegasi dari berbagai negara, dilakukan dengan kombinasi pertemuan offline dan online. Tentu dalam konteks ekonomi digital ada kebutuhan terhadap infrastruktur digital untuk pendukung kegiatan KTT G20 yang menjadi suatu keniscayaan. Disinilah juga menjadi peluang bagi para pelaku ekonomi digital dan perusahaan teknologi dari Bali.
“KTT G20 ini turunannya juga jelas berdampak pada ekonomi digital dan ekonomi kreatif yang bisa dimanfaatkan generasi muda, startup teknologi dan pelaku usaha ekonomi kreatif. Jadi pelaku usaha digital dan high tech serta pelaku ekonomi kreatif memang harus dilibatkan. Dan Bali sangat mendukung, banyak ada startup, dan dari sisi SDM banyak ada perguruan tinggi di bidang IT,” tutur Pontas.
Rangkaian event KTT G20 juga diyakini bisa mendongkrak transaksi produk-produk UMKM di market place. Termasuk juga memberikan dampak posistif bagi pendukung ekosistem ekonomi digital di sektor lainya seperti fintek dan perbankan yang menyediakan layanan pembayaran.
“Intinya kita dukung penuh KTT G20 di Bali dan mari bersama kita sukseskan untuk mengangkat perekonomian Bali yang selama 2 tahun ini terpuruk akibat pandemi Covid-19,” ujar Pontas yang juga merupakan salah satu pendiri ormas NasDem di Bali ini.
Untuk diketahui terdapat 17 subsektor ekonomi kreatif di Indonesia yang sebenarnya juga beririsan dengan ekonomi digital yakni Pengembang Permainan, Arsitektur, Desain Interior, Musik, Seni Rupa, Desain Produk, Fesyen, Kuliner, Film, Animasi dan Video, Fotografi, Desain Komunikasi Visual, Televisi dan Radio, Kriya, Periklanan, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Aplikasi.
Dari 17 subsektor tersebut ada tiga yang utama yakni kuliner, fesyen dan kriya dimana ketiga subsektor ini juga memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Bali dan pelakukan kebanyakan adalah UMKM.
Namun subsektor lain juga dinilai punya potensi besar namun memang belum digarap. Beberapa diantaranya memang beririsan langsung dengan potensi ekonomi digital seperti pengembangan aplikasi, desain produk hingga film, animasi dan video.
“Jadi misalnya kita bisa mengangkat dan memamerkan karya-karya film animasi atapun aplikasi karya startup lokal dari Bali dalam KTT G20. Tentu ini bisa menjadi promosi yang bagus dan memberi peluang animasi dan aplikasi dari Bali bisa ke dunia internasional,” pungkas Pontas.